Friday 31 December 2010

Surat Untuk Tuan Demonstran

Dear Tuan Demonstran yang terhormat,

mungkin kita tidak saling mengenal ataupun pernah bertatap muka sekalipun. tuan hidup di zaman Bunga dan saya hidup digital, dua zaman yang sudah sangat berbeda dari segi waktu dan juga peradaban. tetapi saya sangat mengagumi tuan, semangat, keberanian, Idealisme, pemikiran, dan kecintaan tuan akan alam. apakah tuan tau itu semua menjadi inspirasi kami remaja muda yang selalu resah di negara yang makin susah. yaa, tuan adalah hadiah spesial dari zaman bunga untuk zaman digital. dan kami semua mencintai hadiah itu.

Tuan, ada beberapa hal yang ingin saya ceritakan kepada tuan, untuk mewakili keresahan kami yang hidup di negara dengan harga-harga yang tidak lagi murah. ini semua adalah keluh kesah serta kegelisahan kami, remaja digital, yang hampir menyerah untuk mengubah dunia.

Apakah tuan tau, dalam kurun 10 tahun terakhir kita telah 4 kali berganti presiden, tidak seperti zaman tuan dulu yang hanya mengenal 2 presiden: Soekarno dan Soeharto. Semuanya terjadi karena reformasi di penghujung tahun 90-an seperti yang dulu tuan lakukan ditahun 66. Ini namanya benar-benar reformasi tuan, tetapi tetap Negara kita tercinta still goin nowhere.

Apakah tuan tau, Indonesia kita tercinta sekarang tidak jauh beda dengan di saat tuan aktif turun kejalan dulu, semua elit politik berteriak kebenaran atas nama partai, seperti semuanya ditentukan oleh mereka. bukanlah kita yang mereka perjuangkan tetapi partai mereka tercinta. politik balas budi yang mereka agung-agungkan. sepertinya ingin sekali mengubah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menjadi Dewan Perwakilan Partai Tercinta (DPPT).

Apakah tuan tau, bencana alam sedang melanda tanah air kita tercinta ini, ada peristiwa Tsunami di Aceh di tahun 2004, menyusul Nias, Yogyakarta di tahun 2006, lumpur lapindo di Sidoarjo (ini bukan bencana alam tuan lebih tepatnya adalah bencana politik) kemudian Padang pada September 2009, dan yang paling mengenaskan adalah akhir-akhir ini kita di serang alam dalam satu waktu, Merapi, bencana di Mentawai, dan di wasior.

Apakah tuan tau, sekarang terorisme ikut mencoreng muka Ibukita, tidak tanggung-tanggung mereka menggunakan kata agama sebagai tameng, berkebalikan dengan jaman tuan dulu dimana PKI meneror dengan menghapus Tuhan. Bom Bali I dan II, Bom Hotel Marriot, Ritz-Carlton di Jakarta, kedutaan Australia, dan sejumlah tempat lainnya. Banyak hal yang terjadi tuan.

Apakah tuan tau, apa yang dikerjakan pemimpin kita tercinta? Beliau yang terhormat sedang sibuk berdandan demi tampil apik di didepan rakyatnya maupun go Internasional menyaingi Anggun C Sasmi. Rasanya saya ingin melakukan apa yang pernah tuan lakukan dulu kepada saudara seperjuangan tuan yang telah di parlemen, memberikan seperangkat alat gincu beserta cermin agar dapat membuat diri mereka lebih menarik di mata penguasa, tapi nyali saya terlalu ciut saya terlalu cepat menyerah untuk mengubah keadaan yang ada tidak seperti semangat juang yang tuan miliki. Saya malu tuan.

Apakah tuan tau, Timnas sepakbola kita masih saja belum bisa tampil di Piala dunia, mereka terlalu dipolitisasi oleh badan yang menaunginya, seorang narapidana koruptor yang menganggap dirinya demokrator berhasil membentuk suatu kekuasaan monarki didalam badan tertinggi sepakbola Indonesia d bawah FIFA. Dia berhasil merenggut kegembiraan yang kita miliki, sudah jarang kita bisa melihat tawa yang sama antara kuli bangunan dengan pemimpin negara karena Timnas kita tidak kunjung berprestasi. Garuda yang dijaman tuan sempat dijuluki ‘macan asia’ kini tidak lagi mampu terbang dengan bebas, disayapnya terlalu banyak beban yang diselipkan siapa lagi kalo bukan perbuatan antek antek politik dan media media yang menginginkan keuntungan darinya.

Apakah tuan tau, sekarang korupsi sudah menjadi sebuah budaya bangsa seperti budaya kita yang telah dicuri oleh Negara tetangga, korupsi kini tidak lagi terpusat melainkan dapat dinikmati hingga kalangan Rukun Tetangga. Korupsi sudah menjadi hal yang lumrah seperti mengutang di warung sebelah. Dan lagi-lagi Ibu kita tercinta terlalu baik untuk mereka, beliau mengikhlaskan begitu saja apa yang telah dicuri darinya. Walaupun kini telah ada suatu badan pemberantas korupsi di negeri kita tetapi tetap saja mereka dikerdilkan oleh antek-antek berkekuatan tinggi. Mereka digunjing dengan berbagai perkara, pembunuhan, penyelewengan-penyuapan-pemerasan, ‘sinetron kejar tayang’ berjudul cicak dan buaya kian seru saja ditayangkan oleh televisi-televisi lokal dan media cetak. Dan lagi-lagi harapan kita untuk sebuah Negara yang bersih memudar begitu saja.


Tuan,

Jika saja tuan berada disisi kita, seperti apa rupa tuan sekarang? Masihkah bertubuh kurus dengan cara jalan yang lucu? Masihkah semangat idealisme tuan perjuangkan? Masihkah tuan akan turun kejalan dengan umur tuan yang kini mungkin sudah tua? Atau tuan akan tergabung dengan salah satu partai politik atau bahkan menjadi pemimpin kita? Ah dua terakhir itu tidaklah mungkin, karena itu akan menghambat tuan untuk mengunjungi Mandalawangi yang tuan amat cintai.

Tuan, apa yang sedang tuan pikirkan?


Jika saja tuan masih hidup, Apa yang akan tuan lakukan?




Salam cinta dari generasi digital kepada Generasi bunga,,

Darojatun Nurjati Kuncoro

Peace Love and Rock and roll

3 comments:

  1. g bisa berkata-kata... Setidaknya meski dalam hati tetap akan didengarkanNya. Salut bro, trnyata msh ada orang sepertimu..

    ReplyDelete
  2. Even when the Mr. demonstrator still alived, he ever asked to his brother "Sebenarnya apa yang saya lakukan? Saya mengkritik semua, tetapi tidak memberikan perubahan. Dan hanya menambah musuh"
    Dari percakapan tersebut sebenarya kita tahu banyak yang masih ingin dilakukan oleh tuan demonstran dalam hidupnya. Namun apakah kutipan "Nasib paling buruk adalah dilahirkan, yang kedua adalah mati muda" menandakan bahwa dia tahu negara ini masih akan menjadi negara kotor, sehingga dia memilih(atau ditakdirkan?) mati muda??

    ReplyDelete