Saturday, 28 August 2010
Friday, 27 August 2010
If WAR is the answer , Sorry that means we are asking the WRONG question
Perang!
Perang!
Perang!
memang mudah untuk mengeluarkan kata kata itu, tapi prakteknya? saya tidak yakin mereka yang berteriak dengan lantang mengeluarkan kata-kata barbar ini mau terjun langsung jika saat perang benar-benar terjadi. Mereka tidak mengerti apa imbas setelahnya, janda perang dimana mana, yatim piatu, rakyat sipil, ekonomi, pangan, dan generasi penerus kita, hancur semua. Apakah itu semua yang harus di korbankan hanya untuk sebuah 'harga diri bangsa'?
Tidak cukupkah kita mendengar perang antar saudara di mana-mana. Israel-Palestina, Irak-Iran, Korsel-Korut, dan sekarang mau ditambah lagi Indonesia-Malaysia, ah muak saya mendengarnya!
saya berharap perang dunia ke 2 merupakan perang dunia terakhir yang ada dan hanya pernah kita baca di buku-buku sejarah. jangan ada lagi perang dunia ke 3. CUKUP!
hilangkan kata 'perang' dalam kosakata kita. dunia sudah saatnya hidup damai dalam keseragaman, damai dalam kemanusiaan. damai dalam segala hal. dan sudah saatnya Bumi menjadi tempat yang nyaman untuk di tinggali untuk kita dan generasi selanjutnya...
Regard,,
Darojatun Nurjati Kuncoro
Peace Love and Rock and roll
Thursday, 26 August 2010
bahkansayamalasmemberijudulpadatulisanini
Tuesday, 24 August 2010
Policeman and vagrant
Vagrant : "I'm sorry policeman, It was mine, I used to live here. and I am waiting to take it back"
Policeman : "Hahahaha, you don't have to, son. do you know you're just waiting for something that isn't going to happen??"
Vagrant : "I don't care. "
I've got no world
Monday, 23 August 2010
I'll kill an Alien!
"If I saw an alien, I'd tell it to fuck right off because whatever planet he came from they wouldn't have the Beatles or any deccent fucking music. So they can fuck right off, I ain't going anywhere with them."
Sunday, 22 August 2010
So here we are!
dan kami adalah para pembunuh sepi
Saturday, 21 August 2010
From Noel to You.
Thursday, 19 August 2010
nowhere to go
If so, I dont wanna wake up and face the world
Is it a game?
If yes, you're the one who make the rules
and I try to play this one
I've been pretending for many years
many girls came and gone
but you?
you came, stuck
and go nowhere
Monday, 9 August 2010
Diskriminasi bentuk baru?
“hahahaha...alay bukan untuk dimusuhin tapi untuk di bina maksudnya BINASAKAN!!!”
Itulah kata kata yang keluar dari salah satu temen saya di sela-sela perbincangan pada sebuah forum jejaring sosial. Sebenernya apa itu alay? Seberapa hinakah mereka sehingga harus dibinasakan?
menurut alat pencarian mainstream di dunia maya, Google , alay atau biasa di tulis 4L4y merupakan akronim dari anak layangan, istilah ini untuk menggambarkan anak yg sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. tetapi menurut versi saya perkembangan istilah ini berawal dari kata bopung atau bocah kampung yang ‘biasanya’ berambut warna layaknya anak layangan akibat sering terkena matahari langsung. Perubahan kata bopung menjadi alay mungkin dikarenakan pengejaan yang lebih enak dan mudah dan juga dikarenakan akhiran –ay yang sering digunakan sebagai nama ‘julukan’ oleh mereka.
Nah sekarang yang menjadi pertanyaan apa permasalahan dari mereka sehingga harus dibinasakan?
yah banyak orang berpendapat mereka sangat meresahkan kehidupan masyarakat baik di dunia nyata maupun dunia maya. Mereka bergaya tulisan yang menggangu pandangan mata, memiliki taste yang buruk soal gaya pakaian dan musik. Sehingga banyak di antara kita menjauh dari mereka , menghina mereka dari belakang ( biasa terjadi di forum-forum dunia maya) dan mengganggap mereka rendah. Yaa saya akui saya pun merasakan gangguan-gangguan seperti itu. Tapi haruskah mereka dibinasakan? saya mengerti mungkin kata ‘dibinasakan’ disini menggunakan majas hiperbola tetapi tidakkah kalian sadar kata-kata dan anggapan negatif kita terhadap mereka dapat melahirkan sebuah bentuk deskriminasi baru? Seperti pembagian kasta yang terjadi di india sebelum masehi, perbudakan di abad ke-5, apartheid sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990, fasis di zaman hitler, ‘loser-popular’ di kalangan pemuda US, rasisme di abad 20 dan 21.
Miris saya membaca di salah satu situs komunitas terbesar di Indonesia, banyak sekali threads yang dengan sengaja merendahkan seseorang/komunitas dengan sebutan alay dan memampang foto-foto mereka (you called alay) di forum forum tersebut, Hey mates you’re so last century, huh!
Tidakkah kalian sadar tindakan kalian amat sangat rendah melebih para mereka (you called alay) yang kalian anggap rendah. Apakah salah mereka sehingga harus menjadi terkenal didunia maya dengan cara dilecehkan?
Gaya pakaian?
Oke dandanan mereka emang tidak up-to date, rambut warna berponi panjang, celana pensil sampai belahan (maaf) pantat kelihatan, memakai baju junkies. Tetapi sebenarnya gaya gaya yang kalian sebut alay tersebut minimal pernah kita gunakan terutama anak anak perkotaan. Celana hipster, celana pensil, rambut belah tengah, rambut emo, tidakah kita ingat? Mereka (you called alay) hanya selangkah lebih telat dari kita.
Gaya tulisan?
Yaah sekali lagi saya akui gaya tulisan mereka memang menggagu mata dan sulit untuk dibaca. tetapi itu hanya sekedar jiwa kreativitas, walaupun cara mereka salah. Biarlah mereka berkreasi jangan kita hina atau batasi. Toh mereka lebih baik dari orang-orang yang hanya bisa menghina karena mereka berani berkreasi dan menumpahkan kreativitas mereka
Selera musik?
Harus diakui industri musik negeri kita memang sedang carut marut, terlalu banyak ekspos dari media cetak maupun elektronik terhadap musik musik tidak berkualitas, dan penyingkiran mereka yang bergerak dijalur musik unmainstream sehingga banyak yang bergerak dijalur indie. Namun ini tidak berarti musik mainstream buruk dan musik indie berkualitas, masih banyak band-band mainstream yang bagus dan tidak selalu musik indie berkualitas, hanya saja mereka tidak terlalu terekspos sehingga tidak semua orang mengetahuinya. Namun yang terjadi di masyarakat adalah musik indie musik mancanegara dibilang keren dan music melayu musik mainstream di bilang alay. Peng-kotak-kotakan musik diperparah dengan perilaku beberapa band-band indie yang dengan sengaja meng-eksklusifkan musik mereka untuk kalangan tertentu dan menghindari kalangan kalangan seperti mereka (you called alay). Band-band indie yang membelot untuk bergerak dijalur mainstream di sebut band-band alay, Sebut saja pewegaskin, Nidji, the Changcuters, maupun the Upstairs, pewegaskin dengan APWGnya, The Changcuter dengan anti Changcutnya begitu pula the upstairs dan Nidji. Tidakah kalian ingat the Upstairs dn Nidji pernah merajai pensi-pensi dan kita ikut menikmatinya, peweegaskin dan the changcuter begitu didewakan disaat mereka masih bergerak dijalur indie dan tidak sedikit diantarakita mengikuti fashion yang mereka kenakan di atas panggung. Jadi apa salahnya mereka bergerak di jalur mainstream bukankah itu merupakan suatu kemajuan untuk menyelamatkan dan memperbaiki industri dan selera musik di masyarakat kita yang telah berada di titik nadir?
Biarlah sebuah musik itu menjadi suatu karya seni yang sakral. Lagu berasal dari suara, sebuah gelombang yang bisa meresonansi hati dan pikiran menjadi sedih, senang bahkan marah. Bagaimana kita bisa menikmatinya, bila keindahan dan muatan emosi di dalamnya dipertanyakan kadar ‘kebagusannya’ dalam peng-kotak-kotakan suatu kalangan?
Akhir kata mari kita hindari diskriminasi dalam bentuk apapun sekarang udah bukan zamannya lagi. Mari hargai perjuangan para pahlawan untuk mempersatukan kita dari berbagai suku dan kalangan kedalam suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika.
Maaf jika terjadi kesalahan dan keburukan dalam sistematika penulisan hal ini dikarenakan saya tidak terlalu mengerti tentang jurnalistik formal maupun informal.
Regard,,
Darojatun Nurjati Kuncoro
Peace Love and Rock and Roll
Sunday, 8 August 2010
Nasionalisme
tidak heran mereka bekerja untuk negara lain, apakah mereka cukup dihargai di tanah air mereka?
Friday, 6 August 2010
cinta = bus
berikutnya saja"
Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan
berkata,"Aduh bisnya sudah tua dan jelek
begini....nggak mau ah...."
Bis selanjutnya datang, tapi dia seakan-akan tidak
melihatmu dan melewatimu begitu saja.
Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong,
kondisinya masih bagus, tapi kamu bilang, "Nggak ada
AC nih, gua bisa kepanasan", maka kamu membiarkan
bis ketiga pergi.
Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu
bisa terlambat pergi kerja. Ketika bis kelima
datang, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya.
Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau
kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya
bukan menuju kantormu!!!!
Moral dari cerita ini, sering kali seseorang
menunggu orang yang benar-benar "ideal" untuk menjadi pasangan hidupnya.
Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan
kita. Tidak ada salahnya memiliki persyaratan untuk
"calon", tapi tidak ada salahnya juga memberi
kesempatan kepada "bis" yang berhenti di depan kita
(tentunya dengan jurusan yang kita inginkan).
Apabila ternyata memang "bis" itu tidak cocok, kita
masih bisa berteriak, "Kiri" dan keluar dari bis.
Maka memberi kesempatan pada "bis", semuanya
bergantung pada keputusan kita. Daripada kita harus
"jalan kaki menuju kantor" dalam arti meneruskan
hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.
Cerita ini juga berarti, kalau kita benar-benar
menemukan bis yang "kosong, masih baru, dan ber-AC,
dan tentunya sejurusan", kita harus berusaha sekuat
tenaga untuk memberhentikan bis tersebut dan masuk
ke dalamnya, karena menemukan bis seperti itu adalah
suatu berkat yang sangat berharga dan sangat berarti
tapi tidak semua orang yang mendapatkannya
diambil dari note tak bertuan yang tiba-tiba saya temukan di dalam folder tersembunyi di komputer saya